Kamis, 29 Desember 2011

HUBUNGAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan anatar pribadi. Sebagai makhluk social, peserta didik senantiasa melakukan interaksi social dengan orang lain. Interaksi social menjadi factor utama dalam hubungan interpersonal antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi. Seiring dengan perkembangan lingkungan social seseorang, interaksi social meliputi lingkungan  social yang luas, seperti sekolah dan dengan teman-teman. Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana perkembangan interaksi social atau hubungan peserta didik dengan keluarga, sekolah, dan dengan teman sebaya.

B.       Rumusan Masalah
1.      Deskripsikan hubungan peserta didik dengan keluarga !
2.      Deskripsikan hubungan peserta didik dengan teman sebaya !
3.      Deskripsikan hubungan peserta didik dengan sahabat !
4.      Deskripsikan hubungan peserta didik dengan sekolah!



BAB II
PEMBAHASAN
A.       Hubungan dengan Keluarga
1.      Karakteristik Hubungan Anak Usia Sekolah dengan Keluarga
Keluarga merupakan unit social yang terkecil yang memiliki peranan penting dan menjadi dasar bagi perkembangan psikososial anak dalam konteks social yang lebih luas. Masa usia sekolah dipandang sebagai masa untuk pertama kalinya anak memulai kehidupan social mereka yang sesungguhnya. Hal ini menjadikan perubahan hubungan anak dan orang tua . Perubahan tersebut diakibatkan adanya peningkatan penggunaan waktu yang dilewati anak-anak bersama teman-teman sebayanya.
Sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang semakin matang, maka pada usia sekolah anak secara berangsur-angsur lebih banyak mempelajari mengenai sikap-sikap dan motivasi orang tuanya, serta memahami aturan-aturan keluarga. Sehingga mereka lebih mampu untuk mengendalikann tingkah lakunya. Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan pada tahun-tahun awal kehidupan mereka. Meskipun terjadi pengurangan pengawasan dari orang tua terhadap anak selama usia sekolah dasar, bukan berarti orang tua sama sekali melepaskan mereka, orang tua masih terus memonitor usaha-usaha yang dilakukan anak dalam memelihara diri merek, sekalipun secara tidak langsung.
Orabg tua dan anak-anak telah memiliki sekumpu;lan pengalaman masa lalu bersama sehingga membuat hubungan keluarga menjadi bertambah unik dan penuh arti. Suatu studi mendokumentasikan mengenai gagasan ini dengan menganalisis surat-surat yang ditulis oleh anak-anak usia sekolah pada salah satu surat kabar local dengan tema “Apa yang Membuat Ibu Jadi Terhormat”. Banyak dari anak-anak ini berkata bahwa merek selamanya menghargai kehadiran Ibu dalam kehidupan mereka. Mereka juga menghargai empati atau sensitivitas yang diberikan oleh Ibu mereka. Komentar dari anak-anak tersebut menyiratkan bahwa pada masa akhit anak-anak, secara tipikal antara orang tua dengan anak adalah sangat kuat (Seifert & Hoffnung, 1994).
2.      Karakteristik Hubungan Remaja dengan Keluarga
Perubahan-perubahan fisik, kognitif dan social yang terjadi dalam perkembangan remaja mempunyai pengaruh yang besar terhadap relasi orang tua-remaja. Salah satu cirri yang paling menonjol adalah perjuangan untuk memperoleh otonomi, baik secara fisik dan psikologis.Seiring dengan terjadinya perubahan kognitif selama masa remaja, perbedaan ide-ide yang dihadapi sering mendorongnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap nilai-nilai dan pelajaran-pelajaran yang berasal dari orang tua. Akibtanya remaja mulai mempertanyakan dan menentang pandangan-pandangan orang tua serta mengembangkan ide-ide mereka sendiri.
Beberapa peneliti tentang perkembangan anak remaja mengatakan bahwa pencapaian otonomi psikologis merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting dari masa remaja. Terdapat perbedaan mengenai tipe lingkungan keluarga yang lebih kondusif bagi perkembangan otonomi remaja. Sejumlah teoritis dan penelitan kontemporer mengyatakan bahwa otonomi yang baik berkembang dari hubungan orang tua yang positif dan seportif. Hubunga seportif memungkinkan untuk mengungkapkan perasaan positif dan negative, yang memebantu perkembangan kompetensi social dan otonomi yang bertanggung jawab. Hasil penelitian Lamborn dan Steinberg (1993) menunjukkan bahwa perjuangan remaja untuk meraih otonomi tampaknya berhasil dengan sangat baik dalam lingkungan keluarga yang secara simultan memberikan dorongan dan kesempatan bagi remaja untuk untuk memperoleh kebebasan emosional. Sebaliknya, remaja yang tetap bergantung secara emosional pada orang tuanya mungkun dirinya selalu merasa enak, mereka terlihat kurang kompeten, kurang percaya diri, kurang berhasil dalam belajar dan bekerja dibandingkan dengan remaja yang mencapai kebebasan emosional (Dacey & Kenny, 1997).
Para ahli perkembang mulai menjelajahi pera keterikatan yang aman dengan orang tua terhadap perkembagan remaja. Keterkaitan dengan orang tua pada masa remaja dapat membantu kompetensi social dan kesejahteraan sosialnya, seperti tercermin dalam cirri-ciri harga diri, penyesuaian, emosional, dan kesehatan fisik. Sebaliknya, ketidakdekatan emosional dengan orang tua berhubungan dengan perasaan –perasaan akan penolakan oleh orang tua lebih besar serta perasaan lebih rendahnya daya tarik social dan romntik yang dimiliki diri sendiri (Santrock,1995). Keterkaitan dengan orang tua selama masa remaja dapat berfungsi adaptif, yang menyediakan landasan kokoh dimana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dalam suatu dunia social yang luas dengan cara-cara sehat secara psikologis. Dan dapat menyangga remaja dari kecemasan dan perasaan-perasaan depresi sebagai akibat dari masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa.

B.       Hubungan dengan Teman Sebaya
Hartub,dkk, (1996) menulis: “The social relations of children and adolescents are centered on their friends as well as their families,”sebab bagaimana pun bagi usia sekolah, teman sebaya mempunyai fungsi yang hamper sama dengan orang tua . Teman sebaya bias memberikan ketenangan ketika mengalami kekhawatiran. Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perkembangan hubungan peserta didik dengan teman sebayanya.
Karakteristik Hubungan Anak Usia Sekolah dengan Teman Sebaya
Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktifitas yang banyak menyita waktu selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Barker & Wright (dalam Santrock, 1995) mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghasilkan 10 % dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi 20 %. Sedangkan anak usia 7 hingga 11 meluangkan lebih dari 40 % waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Pembentukan Kelompok
Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah terjadi dalam group atau kelompok. Sehingga sering disebut “usia kelompok”. Dalam pembentukan sebuah kelompok teman, anak usia sekolah dasar ini lebih menekankan pada pentingnya aktivitas bersama-sama seperti berbicara, berkeluyuran, berjalan ke sekolah, berbicara melalui telepon, mendengarkan music, bermain game dan melucu. Rubin & Krasnor (1980) mencatat adanya perubahan sifat dari kelompok teman sebaya pada anak usia usia sekolah. Anak usia 6-7 tahun, kelompok teman sebaya tidak lebih dari kelompok bermain, kelompok ini terbentuk secara spontan. Anak usia 9 tahun kelompok-kelompok menjadi lebih formal. Mereka membenuk klub atau perkumpulan dengan aturan-aturan tertentumempunyai keanggotaan inti, masing-masing anggota harus berpartisipasi dalam aktivitas kelompok dan yang bukan anggota dikeluarkan.
Popularitas, Penerimaan Sosial dan Penolakan
Pada anak usia sekolah dasar mulai terlihat adanya usaha untuk mengembangkan suatu penilaian terhadap orang lain dengan berbagai cara. Dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi perkembangan, menggunakan teknik yang disebut sosiometri (Hallinan, 1981), yaitu suatu teknik pemilihan yang digunakan untuk menentukan stats dan penerimaan social anak diantara teman sebayanya. Dari pertanyaan yang diajukan para peneliti menyusun sebuah sosiogram, yaitu suatu diagram yang menggambarkan interaksi anggota suatu kelompok atau bagaimana perasaan masing-masing anak dalam sutu kelompok terhadap anak-anak lain. Dari informasi melali sosiogram peneliti membedakan anak-anak atas dua yaitu anak-anakyang popular dan anak-anak yang tidak popular (unpopular). Hartub (1983) memcatat bahwa anak yang popular adalah anak yang ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara social dan sangat mudah bekerja sama dengan orang lain. Popularitas juga dihubungkan denga IQ an prestasi akademik. Anak-anak lebih menyukai anak yang memiliki prestasi sedang, mereka sering menjauh dari anak yang sangat cerdas dan sangat rajin di sekolah, demikian juga halnya dengan mereka yang pemalas secara akademis (Zigler & Stevenson, 1993).
Anak yang tidak popular dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : anak-anak yang ditolak dan anak-anak yang diabaikan. Anak-anak yang diabaikan adalah anak yang menerima sedikit perhatian dari teman-teman sebaya mereka, tetapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh teman-teman sebayanya. Anak-anak yang ditolak adalah anak-anak yang tidak yang tidak disukai oleh teman-tema sebayanya. Mereka cenderung bersifat mengganggu, egois, dan mempunyai sedikit sifat-sifat positif.
Anak-anak yang ditolak kemungkinan untuk memperlihatkan perilaku agresif, hiperaktif, kurang perhatian atau ketidakdewasaan, sehingga sering bermasalah dalam perilaku dan akademis di sekolah (Putallaz & Waserman, 1990). Akan tetapi tidak semua anak-anak yang ditolak bersifat agresif. Meskipun perilaku agresif inpulsif dan mengganggu mereka sering menjadi penyebab mengapa mereka mengalami penolakan, namun kira-kira 10-20% anak-anak yang ditolak adalah anak yang pemalu (Santrock, 1996).   

C.       Persahabatan
Friendship (persahabatan) merupakan karakteristik lain dari pola hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya. Persahabatan lebih dari sekedar teman biasa. Menurut McDevitt dan Ormond (2002), terdapat tiga kualitas yang membedakan persahabatan dengan bentuk hubungan teman sebaya lainnya:
1.      Adanya hubungan yang dibangun atas dasar sukarela
2.      Hubungan persahabatan dibangun atas dasar kesamaan kebiasaan
3.      Persahabatan dibangun atas dasar hubungan timbale balik
Menurut Santrock (1998), karakteristik yang paling umum dari persahabatan adalah keakraban dan kesamaan. Keakraban ini menjadi dasar bagi relasi anak dengan sahabat. Karena kedekatan ini anak mau menghabiskan waktunya dengan sahabat dan mengekspresikan efek yang lebih positif terhadap sahabat dibandingkan dengan yang bukan sahabat (Hartub,1989), dan bersedia mengungkapkan dirinya secara terbuka (Bernt & Perry, 1990).
Persahabatan memainkan peranan yang penting dalam perkembangan psikososial anak (Rubin, 1980) diantaranya :
1.      Sahabat memberi kesempatan kepada anak untuk mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu. Sahabat mengajarkan pada anak mengenai bagaimana berkomunikasi sat sama lain, sehingga anak memperoleh pengalaman belajar untuk engenali kebutuhan dan minat orang lain, serta bagaimana bekerja sama dan mengelola konflik dengan baik.
2.      Persahabatan memungkinkan anak untuk membandingkan dirinya dengan individu lain, karena anak biasanya menilai dirinya berdasarkan perbandingan dengan anak lain.
3.      Persahabatan mendorong munculnya rasa memiliki terhadap kelompok. Pada usia 10-11 tahun, kelompok menjadi penting. Anak menemukan sebuah organisasi social yang tidak hanya terdiri atas sekumpulan individu, tetapi juga mencakup adanya peran-peran partisipasi kolektif, dan dukungan kelompok untuk melakukan aktivitas-aktivitas kelompok.
Persahabatan merupakan salah satu fenomena interaksi social yang penting bagi anak usia sekolah. Anak-anak usia 8 tahun, terutama anak perempuan, biasanya memiliki beberapa teman dari sejumlah kegiatan yang berbeda. Padad umumnya hubungan pertemanan ini masih bersifat sederhanan dan saling tak bergantung tak jarang persahabatan dating dan pergi hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Pada anak usia 10 tahun mulai memperhatikan kuailitas hubungan persahabatannya. Mereka sudah lebeh terampil bersosialisasi, sudah dapat menghargai nilai kedekatan serta ketergantungan satu sama lain. Karena pada usia ini emosi anak sudah mulai cukup matang antuk berempati, sehingga mereka juga mulai mencoba untuk berbagi rasa dan pikiran dengan teman-teman tertentu. Kualitas persahabatan pada usia ini lebih kompleks dan berlangsung lama.
Tiga tahap perkembangan gagasan anak tentang persahabatan menurur Hetherington dan Parke (1999), yaitu :
1.      Reward-cost stage (7-8 tahun)
Pada tahap ini anak menyebutkan cirri-ciri sahabat sebagai teman yang menawarkan bantuan, melakukan kegiatan bersama-sama, bias memberikan ide-ide, bias bergabung dalam permainan, dekat secara fisik dan memiliki kesamaan demografis.
2.      Normative stage (10-11 tahun)
Anak mengharapkan sahabatnya bias menerima dan mengagumi dirinya, setia dan memberikan komitmen terhadap persahabatan, serta mengekspresikan nilai dan sikap yang sama terhadap aturan-aturan dan sanksi.
3.      Emphatic stage (11-13 tahun)
Anak mengharapkan kesungguhan dan potensi intimacy dari sahabat, mengharapkan sahabat untuk memahami dan terbuka terhadap dirinya, mau menerima pertolongannya, berbagai minat dan mempertahankan sikap dan nili yang sama.

D.      Hubungan dengan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan artificial yang sengaja dibentuk guna mendidik dan membina generasi muda kearah tujuan tertentu, terutama untuk membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan hidup yang dibutuhkan dikemudian hari. Sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak. Anak –anak dan remaja. Hampir sepertiga waktunya remaja berada di sekolah. Menurut Santrock (1998), berbagai peristiwa hidup yang dialami oleh remaja selama berada di sekolah tersebut sangat mungkin mempengaruhi perkembangannya, seperti perkembangan identitasnya, keyakinan terhadap kompetensi diri sendiri, gambaran hidup dan kesempatan berkarier, hubungan-hubungan social, batasan mengenai bagaimana system social yang ada di luar lingkup keluarga berfungsi.
Dusek (1991) mencatat ada dua fungsi utama sekolah bagi remaja yaitu:
Memberi kesempatan bagi remaja untuk tumbuh secara social dan emosional, dan membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi orang yang mandiri secara ekonomi dan menjadi anggota masyarakat yang produktif.  Sekolah mempengaruhi perkembangan anak, terutama perkembangan identitas, melalui dua kurikulum yaitu kurikulum formal dan kurikulum nonformal. Kurikulum formal meliputi sejumlah tuntunan akademik yang dapat membantu anak memperolh pengetahuan akademis dan kemampuan intelektual yang dibutuhkan untuk keberhasilan berpartisipasi dalam masyarakat. Kurikulum nonformal meliputi sejumlah perilaku yang ditampilkan oleh para guruyang berkenaan dengan prestasi akademis, motivasi belajar, serta pengambilan tanggung jawab, kepemimpinan dan otoritas.
Sekolah memainkan peranan penting bagi perkembangan anak, anak dihadapkan pada sejumlah tugas dan keharusan untuk mengikuti sejumlah aturan yang membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka. Interaksi dengan guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu peluang yang besar bagi remaja untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan ketrampilan social, memperoleh pengetahuan tentang dunia serta mengembangkan konsep diri yang lebih positif. Guru masih mengambil peran sentral dalam kehidupan anak dan remaja. Keberthasilan atau kegagalan remaja banyak dientukan oleh interaksi mereka dengan guru dis ekolah. Selama para remaja mendapat dukungan dan penguatan yang positif dari para guru, maka mereka berhasil dan senang derada di sekolah. Erik Erikson, 1963 (dalam Seifert & Huffnung, 1994) menyatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang dapat menciptakan sense of industry dan bukan inferiority bagi para siswanya. Mereka memahami bagaimana melakukan selingan antara belajar dan bermain, menghargai kemampuan-kemampuan khusus murid, mengetahui bagaimana menciptakan suatu setting dimana anak-anak memandang diri mereka secara positif.

BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Hubungan orang tua dan anak akan berkembang dengan baik apabila kedua belah pihak saling memupuk keterbukaan. Untuk mempertahankan keterikatan atau kedekatan anak dan orang tua dengan anak remaja, orang tua harus membiarkan mereka bebas untuk berkembang. Orang tua menjadi sumber penting yang mengarahkan dan menyetujui dalam pembentukan tata nilai dan tujuan-tujuan masa depan. Disamping orang tua, teman sebaya dan sekolah merupakan tempat bagaimana anak memperoleh pengalaman, pergaulan dan masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan hidupnya.

B.       Saran-saran
1.      Agar tercipta hubungan yang baik antara orang tua dan anak, diharapkan orang tua lebih terbuka.
2.      Agar pengaruh sekolah memberikan nilai positif pada perkembangan anak, diharapkan guru sebagai simbol otoritas mampu menciptakan iklim kelas dan kondisi-kondisi interaksi diantara siswa dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosdakarya


  

PENGARUH IPTEK TERHADAP PEREKONOMIAN SUATU NEGARA


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science), merupakan pengetahuan yang mengkaji mengenai gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang essensial saja.
Pada pembahasan kali ini kami akan membahas Ilmu Alamiah Dasar secara lebih spesisfik lagi, yaitu pembahasan mengenai Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena ia memiliki akal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman, mudah, nyaman dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.
Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat-perangakat mesin, seperti computer, kendaraan, handphone, dan lain sebagainya. Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Meskipun ada dampak negatifnya atau kelemahan dari kemajuan IPTEK. Namun hal ini seolah diabaikan oleh manusia, faktanya tidak dipungkiri lagi IPTEK dikembangkan setiap waktu dan banyak pula pengaruhnya, baik yang positif maupun negatif. Salah satunya berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara.
2. Rumusan Masalah
    a. Apa yang dimaksud dengan ilmu pemgetahuan ?
    b. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman Yunani sampai           sekarang ?
    c. Apa yang dimaksud dengan teknologi ?
    d. Bagaimana perkembangan teknologi tersebut ?
    e. Apa yang dimaksud dengan sistem perekonomian ?
    f. Bagaimana pengaruh IPTEK terhadap perekonomian suatu negara ?  

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah : sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam                                             pernyataan-pernyataan yang  benar dengan ciri pokok yang bersifat general, rational,objektif, mampu diuji  kebenarannya (verifikasiobjektif), dan mampu                                           menjadi milik umum (Communality, The Liang Gie, 1991).
Beberapa definisi ilmu pengetahuan menurut para ahli yaitu sebagai berikut :              a.  J. Haberer 1972
     Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan           praktek dan menjadi          pranata dalam masyarakat.
b. J.D. Bernal 1977     
     Suatu pranata atau metode yang membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan manusia.
c. E. Cantote 1977      
Suatu hasil aktivitas manusia yang mempunyai makna dan metode.
d. Cambridge-Dictionary 1995
Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan  tertentu dengan sistim, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya.
2. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sebelum memaparkan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, kami akan  mengungkap sekilas tentang perbedaan antara pengetahuan dan ilmu agar tidak terjebak pada kesalahpahaman mengenai keduanya. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan.
Maskoeri Jasin membagi ilmu pengetahuan ke tiga kategori besar. Pertama, Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi psikologi, pendidikan, antropologi, etnologi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Kedua, Ilmu Pengetahuan Alam yang meliputi fisika, kimia, dan biologi (botani, zoologi, morfologi, anatomi, fisiologi, sitologi, histologi, dan palaentologi). Ketiga, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa yang meliputi geologi (petrologi, vulkanologi, dan mineralogi), astronomi, dan geografi (fisiografi dan geografi biologi).
Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodeisasi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer.
a. Ilmu Pengetahuan Zaman Yunani Kuno
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Sehingga wajar saja bila generasi-generasi setelahnya merasa berhutang budi padanya, termasuk juga umat Islam pada abad pertengahan masehi bahkan hingga sekarang. Tanpa mengkaji dan mengembangkan warisan filsafat Yunani rasanya sulit bagi umat Islam kala itu merengkuh zaman keemasannya. Begitu juga orang Barat tanpa mengkaji pengembangan filsafat Yunani yang dikembangkan oleh umat Islam rasanya sulit bagi mereka membangun kembali peradaban mereka yang pernah mengalami masa-masa kegelapan menjadi sangat maju dan mengungguli peradaban-peradaban besar lainnya seperti sekarang ini.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.
b. Ilmu Pengetahuan Zaman Islam Klasik
W. Montgomery Watt menyebutkan  bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad. Kolese Kristen Nestorian di Jundisyapur, pusat belajar yang paling penting, melahirkan dokter-dokter istana Hārūn al-Rashīd dan penggantinya sepanjang sekitar seratus tahun. Akibat kontak semacam ini, para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari apa yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting dapat diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan. Penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan al-Ma’mūn (813-833 M). Dia mendirikan Bayt al-ikmah, sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya, terdapat banjir penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.
Buku-buku matematika dan astronomi adalah buku-buku yang pertama kali diterjemahkan. Al-Khawārizmī (Algorismus atau Alghoarismus) merupakan tokoh penting dalam bidang matematika dan astronomi. Istilah teknis algorisme diambil dari namanya. Dia memberi landasan untuk aljabar. Istilah “algebra” diambil dari judul karyanya. Karya-karyanya adalah rintisan pertama dalam bidang aritmatika yang menggunakan cara penulisan desimal seperti yang ada dewasa ini, yakni angka-angka Arab. Al-Khawārizmī dan para penerusnya menghasilkan metode-metode untuk menjalankan operasi-operasi matematika yang secara aritmatis mengandung berbagai kerumitan, misalnya mendapatkan akar kuadrat dari satu angka. Di antara ahli matematika yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin adalah al-Nayrīzī atau Anaritius (w. 922 M) dan Ibn al-Haytham atau Alhazen (w. 1039 M). Ibn al-Haytham menentang teori Eucleides dan Ptolemeus yang menyatakan bahwa sinar visual memancar dari mata ke obyeknya, dan mempertahankan pandangan kebalikannya bahwa cahayalah yang memancar dari obyek ke mata. Di bidang astronomi, al-Battānī (Albategnius) menghasilkan table-tabel astronomi yang luar biasa akuratnya pada sekitar tahun 900 M. Ketepatan observasi-observasinya tentang gerhana telah digunakan untuk tujuan-tujuan perbandingan sampai tahun 1749 M. Selain al-Battānī, ada Jābir ibn Afla (Geber) dan al-Birūjī (Alpetragius). Jābir ibn Afla dikenal karena karyanya di bidang trigonometri sperik. Di bidang astronomi dan matematika, ada juga Maslamah al-Majrīī (w. 1007 M), Ibn al-Sam, dan Ibn al-affār. Ibn Abī al-Rijāl (Abenragel) di bidang astrologi.
Dalam bidang kimia ada Jābir ibn ayyān (Geber) dan al-Bīrūnī (362-442 H/973-1050 M). Sebagian karya Jābir ibn ayyān memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-Bīrūnī mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi.
Dalam bidang botani, zoologi, mineralogi, karya orang Arab mencakup gambaran dan daftar berbagai macam tanaman, binatang, dan batuan. Beberapa di antaranya memiliki kegunaan praktis, yakni ketika karya tersebut dihubungkan dengan bidang farmakologi dan perawatan medis.
Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan filsafat. Sebut saja al-Kindī, al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M), al-Ghazālī (w. 1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn ufayl atau Abubacer (w. 1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering dia tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang menolak pengetahuan asing. Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru lahir.
c. Ilmu Pengetahuan Zaman Renaisans dan Modern
Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara abad pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Bisa dikatakan abad pertengahan berakhir tatkala datangnya zaman renaisans. Sebagian orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans. Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat humanisme.
         Tokoh penemu di bidang sains pada masa renaisans (abad 15-16 M): Nicolaus Copernicus (1473-1543 M), Johanes Kepler (1571-1630 M), Galileo Galilei (1564-1643 M), dan Francis Bacon (1561-1626 M). Copernicus menemukan teori heliosentrisme, yaitu matahari adalah pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana teori geosentrisme yang dikemukakan oleh Ptolomeus (127-151). Menurutnya, bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teori ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi. Kepler adalah ahli astronomi Jerman yang terpengaruh ajaran Copernicus. Dialah yang menemukan bahwa orbit planet berbentuk elips; bahwa planet bergerak cepat bila berada di dekat matahari dan lambat bila jauh darinya. Galileo adalah ahli astronomi Italia yang melakukan pengamatan teleskopik dan mengukuhkan gagasan Copernicus bahwa tata surya berpusat pada matahari. Inkuisi takut akan penemuannya dan memaksanya meninggalkan studi astronominya. Dia juga berjasa dalam menetapkan hukum lintasan peluru, gerak, dan percepatan. Dialah penemu planet Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah bulan.
          Selanjutnya tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern (abad 17-19 M): Sir Isaac Newton (1643-1727 M), Leibniz (1646-1716 M), Joseph Black (1728-1799 M), Joseph Prestley (1733-1804 M), Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794 M), dan J.J. Thompson. Newton adalah penemu teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika yang mendasari ilmu alam. Pada masa Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi kajian yang amat menarik. Black adalah pelopor dalam pemeriksaan kualitatif dan penemu gas CO2. Prestley menemukan sembilan macam hawa No dan oksigen yang antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Lavoiser adalah peletak dasar ilmu kimia sebagaimana kita kenal sekarang. J.J. Thomson menemukan elektron. Dengan penemuannya ini, maka runtuhlah anggapan bahwa atom adalah bahan terkecil dan mulailah ilmu baru dalam kerangka kimia-fisika yaitu fisika nuklir. Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika, geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu zaman kontemporer.
d. Ilmu Pengetahuan Zaman Kontemporer
Perbedaan antara zaman modern dengan zaman kontemporer yaitu zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi hingga sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi, dan komunikasi. Zaman kontemporer identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang.
Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial, eksakta, dan filsafat yang ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-inovasi teknologi semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati sekarang ini. Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan dari generasi ke generasi. Komputer merupakan hasil pengembangan dari perkembangan listrik (elektronika) yang pada awal penemuannya oleh Faraday belum diketahui kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh penemuan radio, televisi, dan komputer. Dari komputer berkembang ke PC (private computer), lap top, dan terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA (personal digital assistans). Semua contoh ini merupakan bukti bahwa penemuan teknologi sebagai buah perkembangan ilmu masih berkaitan dengan penemuan-penemuan sebelumnya yang kemudian dikembangkan dengan ukuran fisik yang semakin kecil, tetapi memiliki beragam keunggulan yang lebih besar.
Salah satu hasil teknologi yang menakjubkan dan kontroversial adalah teknologi rekayasa genetika yang berupa teknologi kloning. Dr. Gurdon dari Universitas Cambridge adalah orang pertama yang melakukan teknologi ini pada tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong kloning. Pada tahun 1993, Dr. Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan. Pada tahun 1997, Dr. Ian Wilmut berhasil melakukan kloning mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi nama Dolly. Pada tahun yang sama lahir lembu kloning pertama yang diberi mana Gene. Pada tahun 1998, para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh Dr. Teruhiko Wakayama berhasil melakukan kloning terhadap tikus hingga lebih dari lima generasi. Pada tahun 2000, Prof. Gerald Schatten berhasil membuat kera kloning yang diberi nama Tetra. Setelah berbagai keberhasilan teknik kloning yang pernah dilakukan, para ahli malah lebih berencana menerapkan teknik kloning pada manusia.
3. Pengertian Teknologi Secara Umum
  • proses yang meningkatkan nilai tambah
  • produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja
  • Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.
Perkembangan teknologi terjadi bila seseorang menggunakan alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan pendapat pakar teknologi dunia terhadap pengembangan teknologi.
Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada delapan wahana transformasi yang menjadi prioritas pengembangan teknologi, terutama teknologi industri, yaitu 1) pesawat terbang, (2) maritim dan perkapalan, (3) alat transportasi, (4) elektronika dan komunikasi, (5) energi, (6) rekayasa , (7) alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dan (8) pertahanan dan keamanan.
4. Perkembangan Teknologi
Nana Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast & Rosenweig menyatakan Technology is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.
Menurut Iskandar Alisyahbana (1980) Teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera. Jadi sejak awal peradaban sebenarnya telah ada teknologi, meskipun istilah “teknologi belum digunakan. Istilah “teknologi” berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Sedangkan menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai” keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia.
5. Pengertian Sistem Perekonomian
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan.

6. Peran Teknologi di Bidang Ekonomi
Era globalisasi tak terhindarkan lagi merasuk ke semua masyarakatbangsa-bangsa di dunia. Sarana transportasi dan komunikasi sangat mendukung arus globalisasi ini. Kebudayaan masyarakat tidak lagi bersifat subsisten, tetapi sudah berubah ke arah orientasi pasar. Sudah kebanyakan zaman sekarang banyak yang menjadikan perusahaannya multi nasional. Pertimbangan utama yang mendorong perusahaan mengembangkan usahanya menjadi perusahaan multinasional adalah upah tenaga kerja yang rendah, biaya pengangkutan yang rendah, sumber bahan baku tersedia. cukup dan mudah diperoleh.
Di negara-negara berkembang. di mana perusahaan itu mengembangkan usahanya, terdapat dua pandangan terhadap keberadaan perusahaan multinasional, yaitu pertama, pandangan dari kaum dependensia, dan kedua pandangan dari kaum modernis.
Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan.
Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan  membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia. Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan.
7. Pengaruh Perkembangan IPTEK Terhadap Perekonomian
Dalam bidang ekonomi teknologi berkembang sangat pesat. Dari kemajuan teknologi dapat kita rasakan manfaat positifnya antara lain:
a.   Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
b.   Terjadinya industrialisasi
c.   Produktifitas dunia industri semakin meningkat
Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara besar-besaran yang akan semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi. Di masa depan, dampak perkembangan teknologi di dunia industri akan semakin penting. Tanda-tanda telah menunjukkan bahwa akan segera muncul teknologi bisnis yang memungkinkan konsumen secara individual melakukan kontak langsung dengan pabrik sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara langsung dan selera individu dapat dipenuhi, dan yang lebih penting konsumen tidak perlu pergi ke toko.
d.   Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi, akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan. Kualifikasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan mengalami perubahan yang cepat. Akibatnya, pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja yang mampu mentransformasikan pengetahuan dan skill sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja yang berubah tersebut.
e.   Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi .
Meskipun demikian ada pula dampak negatifnya antara lain:
a.  Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
b. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental “instant”.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian  materi diatas bahwa teknologi itu adalah sebuah teknologi yang dipergunakan untuk mengelola data, meliputi didalamnya: memproses, mendapatkan,  menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai macam cara dan prosedur guna menghasilkan informasi yang berkualitas dan bernilai guna tinggi. fungsi utamanya ialah memudahkan manusia berkomunikasi. Apabila komunikasi terjadi maka terjadilah saling hubungan (interconnection) dan interaksi di antara semua pihak yang terlibat sehingga pesan, ide, harapan, keinginan, pengetahuan dapat tersampaikan dengan cepat. Adapun teknologi berperan dalam membantu meningkatnya produktivitas, efektivitas dan efesiensi dari informasi.
Teknologi sangat berpengaruh sekali terhadap segala bidang dan aspek apapun contohnya seperti dampaknya terhadap perekonomian. Teknologi bisa mempengaruhi, karena kemajuan teknologi bisa meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara besar-besaran yang akan semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi. Di masa depan, dampak perkembangan teknologi di dunia industri akan semakin penting. Tanda-tanda telah menunjukkan bahwa akan segera muncul teknologi bisnis yang memungkinkan konsumen secara individual melakukan kontak langsung dengan pabrik sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara langsung.

 
DAFTAR PUSTAKA



UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENJAGA HUBUNGAN GURU DENGAN KURIKULUM AGAR HARMONIS

PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan atau dalam arti lain kurikulum sangat bergantung pada “what teachers do and think “. atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya masih beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru. Dalam makalah ini akan memaparkan bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi guru agar guru dan kurikulum atau sistem pendidikan dapat berjalan dengan sinergis dilihat dari peran kepala sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum mengkaji peranan kepala sekolah dalam menjaga hubungan guru dengan kurikulum agar dapat berjalan dengan sinergis, terlebih dahulu kita mengkaji peranan  kepala sekolah secara umum.
A.  Peran kepala sekolah
1. Peran sebagai educator, kepala sekolah berperan dalam pembentukan karakter yang   didasari nilai-nilai pendidik yang meliputi ;
Ø      Kemampuan mengajar/membimbing siswa
Ø      Kemampuan membimbing guru
Ø      Kemampuan mengembangkan guru
Ø      Kemampuan mengikuti perkembangan di bidang pendidikan
2. Peran sebagai manager,kepala sekolah berperan dalam mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan institusi secara efektif dan efisien
Ø      Kemampuan menyusun program
Ø      Kemampuan menyusun organisasi sekolah
Ø      Kemampuan menggerakkan guru
Ø      Kemampuan mengoptimalkan sarana pendidikan
3.Peran sebagai administrator, kepala sekolah berperan dalam mengatur tata laksana sistem administrasi di sekolah sehingga efektif dan efisien
Ø    Kemampuan mengelola administrasi PBM/BK
Ø    Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan
Ø    Kemampuan mengelola administrasi ketenagaan
Ø    Kemampuan mengelola administrasi keuangan
Ø    Kemampuan mengelola administrasi sarana prasarana
Ø    Kemampuan mengelola administrasi persuratan
4. Peran sebagai supervisor, kepala sekolah berperan dalam upaya membantu mengembangkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Ø      Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan
Ø      Kemampuan melaksanakan program supervise
Ø      Kemampuan memanfaatkan hasil supervise
5. Peran sebagai leader, kepala sekolah berperan dalam mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama dalam mencapai visi dan tujuan bersama.
Ø    Memiliki kepribadian yang kuat
Ø    Kemampuan memberikan layanan bersih, transparan, dan professional
Ø    Memahami kondisi warga sekolah
7. Peran sebagai motivator, kepala sekolah harus mampu memberi dorongan sehingga seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara professional.
Ø    Kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik)
Ø    Kemampuan mengatur suasana kerja/belajar
Ø    Kemampuan memberi keputusan kepada warga sekolah
8. Peran sebagai entrepreneur, kepala sekolah berperan untuk melihat adanya peluang dan memanfaatkan peluang untuk kepentingan sekolah
Ø      Kemampuan menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
Ø      Kemampuan bekerja keras untuk mencapai hasil yang efektif
Ø      Kemampuan memotivasi yang kuat untuk mencapai sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
B.       Upaya meningkatkan kompetensi guru agar guru dan kurikulum dapat berjalan dengan sinergis dilihat dari peran kepala sekolah
Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa “ kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru.” Perlu digaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan;
Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru agar guru atau pendidik dapat berjalan sinergis dengan kurikulum yang berlaku.
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
2. Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
3. Kepala sekolah sebagai administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran,tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik
5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.
Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003)
7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.
Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Sehingga hubungan guru dan kurikulum yang harmonispun dapat tercapai.

BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Dalam hal ini kepala sekolah memiliki peranan  yang strategis dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, baik sebagai educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja maupun sebagai wirausahawan. Seberapa jauh kepala sekolah dapat mengoptimalkan segenap peran yang diembannya, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, dan pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Sehingga hubungan guru dan kurikulum yang harmonispun dapat tercapai.
B.       Saran-saran
1.      Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah harus memiliki tanggung jawab menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, sehingga dapat melahirkan etos kerja dalam mencapai tujuan.
2.    Guru sebagai seorang pendidik seharusnya memiliki wawasan yang luas, berkompeten dalam bidangnya dan profesional sehingga mampu menyesuaikan dengan berbagai bentuk kurikulum yang berlaku.
 

DAFTAR PUSTAKA
http://gurutrenggalek.blogspot.com/2011/02/kompetensi-peran-dan-tugas-kepala.html
http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/05/upaya-kepala-sekolah-dalam-meningkatkan.html